Senin, 16 Maret 2009

Bulu Babi : Alternatif Sumber Pangan Laut yang Dapat Dibudidayakan

Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan lautan lebih luas dari daratan, maka sangat mungkin bahwa jumlah pangan yang dapat disediakan dari laut untuk segenap makhluk hidup juga lebih banyak daripada yang bisa disiapkan dari daratan. Lalu mengapa kita yang hidup di wilayah yang terkepung laut lebih terfokus mengeksploitasi daratan untuk memperoleh pangan? Kekurangpahaman akan potensi laut dan pesisir sebagai ladang pangan menyebabkan terjadi ketidakseimbangan pengembangan teknologi penyiapan pangan dari laut dengan dari daratan.

Kita harus menyadari bahwa laut bagaikan gudang kekayaan bahan pangan yang tidak hanya kaya rasa tetapi juga sarat senyawa gizi dan non-gizi yang mampu meningkatkan kinerja proses metabolisme tubuh. Pada sisi lain, laut juga merupakan bagian ruang hidup bangsa yang berperan sebagai sumber energi, media penghubung, kegiatan industri dan medan pertahanan dan keamanan.

Salah satu sumber pangan yang berasal dari laut yang dapat dimanfaatkan adalah bulu babi. Mungkin bagi masyarakat yang hidupnya jauh dari pantai kedengarannya masih sangat asing. Seperti apakah bulu babi itu? Penampilan bulu babi secara fisik tidaklah menarik, hampir diseluruh tubuhnya dipenuhi duri-duri dan sedikit beracun apabila salah satu anggota tubuh kita terkena durinya dan bisa menyebabkan sedikit demam. Hewan ini juga merupakan hama bagi para pembudidaya rumput laut.

Akan tetapi di balik wajah dan namanya yang sangat menyeramkan, tersimpan sejuta potensi pengembangan bagi kekayaan sumber pangan dari laut. Produk bulu babi yang dapat dimakan umumnya berupa telur (gonad). Di restoran sushi, produk ini sangat mahal berkisar antara 50 sampai $ 500 US per kilogramnya, tergantung warna dan teksturnya.

Revolusi Biru

Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia sebenarnya berpotensi besar untuk membudidayakan jenis ini. Kini saatnya kita mengembangkan revolusi biru. Peluang yang demikian terbuka untuk mengeksploitasi lautan, tentunya jangan dibiarkan berlalu begitu saja. Setidaknya terdapat 3 jenis bulu babi yang dapat dikembangkan di Indonesia yakni dari jenis Echinometra spp., Tripneustes gratilla, dan Diadema setosum. Bahkan kemungkinan masih ada lagi jenis-jenis lainnya di perairan laut Indonesia yang belum diidentifikasi potensinya. Ketiga jenis bulu babi ini selain memiliki pertumbuhannya cepat juga mampu menghasilkan gonad yang lebih besar dibandingkan jenis bulu babi lainnya. Namun karena keterbatasan pengetahuan dan perhatian dari masyarakat nelayan, menyebabkan bulu babi belum banyak dilirik untuk menjadi salah satu komoditi unggulan daerah. Selama ini pemanfaatan telur babi oleh nelayan berasal dari hasil pengumpulan dan penangkapan di alam dan masih dijual untuk komoditi pasar lokal (non ekspor).

Melihat potensi dan manfaat ekonomi bulu babi yang besar di masa depan sebagai alternatif sumber pangan dan sumber ekonomi, sudah saatnya untuk memberikan pengetahuan kepada para nelayan untuk tidak hanya sekedar menangkap bulu babi. Namun ada usaha yang serius ke arah memelihara atau membudidayakan bulu babi.


Taufik Budhi Pramono


Aquaculturist Sejati

2 komentar:

  1. Bulu banyak betebaran di perairan Teluk Lampung, tapi belum ada perhatian dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Lampung. Bulu Babi rasanya sangat gurih apalagi kalau dimakan mentah. Penduduk Asli Lampung yang tinggal di Pesisir Pantai Teluk Lampung sudah lama mengkonsumsi Bulubabi sebagai makanan untuk lauk makan. Di Lampung nelayan yang menjual bulu babi cukup murah, kalau seratus bijinya mereka jual hanya Rp 50.000,- kalau satu rantang yang sudah berisi telurnya saja dijual Rp 50.000,-.Kalau andamau makan bulubabimurah datangsaja ke Lampung.

    BalasHapus
  2. Mohon info dimana ya tepatnya bisa mendapatkan bulu babi di lampung, saya membutuhkan bulubabi hidup
    Terima kasih

    BalasHapus